Jumat, 11 Mei 2012

Sedetik Untuk Selamanya


Dulu aku berfikir aku ingin cepat beranjak dewasa. Tetapi ktika kini kusadar, mengapa saat dewasa ini saat aku mencapai tinggal di menengah, aku tidak merasakan kebahagiaan yang pernah kurasakan kala itu setiap hari. Mungkin mereka tidak merasakan apa yang kurasakan saat ini. Tapi sungguh sedih nian hatiku mengingatnya, apa daya ingatanku terasa kuat untuk mengngingatnya. Disini kusendiri tak ada yang bisa kujadian teman juang bersama berjuang di jalan-Nya

       Sungguh tak kuasa hati ini, benar-benar tak kuasa, wahai para kelopak yang jauh disana aku ingin sekali bersama kalian selalu, bermain dengan penuh rasa bangga dan kasih sayang. Ya Rabb maha penguasa waktu. Mengapa begitu cepat terjadi, mengapa di dunia ini ada perpisahan dan mengapa kau tidak memberikanku pejuang seperti mereka...? Waktu terus berlalu yang kusadari hanyalah saat ini kita sudah berbeda dalam proses kedewasaan, meskipun kita sudah terlatih dewasa sebelum waktunya, kurasakan perbedaan saat ini seperti saat dulu merasakan bawasannya kita dapat selalu bersama. Kini tak dapat ku melihat senyuman tulus di bibir. 
 
 Wahai penguasa ke’elokan tak bisa kumenangis di pangkuanmu, tak bisa ku berjabat tanganmu. Wahai penguasa ketangguhan tak bisa lagi ku berlindung, tak bisa lagi ku merasakan rangkulan hangatmu. Ku hanya bisa menyaksikan gambar bergerak yang kupunya tentang kita, dan masih terasa kesedihannya hingga saat ini. Wahai biru kusaksikan kenangan atas namamu, senyuman kalian selalu menjadi kenangan indah selalu menjadi yang terbaik Cempaka#18 sedetik untuk selamanya


catatan harianku : 20 september 2010

By :
C_02#18

1 komentar:

  1. Kayanya sedetik untuk selamanya kurang pas dah, seharusnya setahu kan?? jamnya jangan tao bawah tam..., ntar ke injek.. he.

    BalasHapus